Sabtu, 13 Juli 2013

TATA KRAMA ULAMA' SALAF DALAM MENGINGAT ALLAH

Dari Ibnu Mas’ud diriwayatkan bahwa ia pernah berkata ketika sedang duduk-duduk (yang terjemahannya) :

“Sesungguhnya kamu sekalian berada di tengah perjalanan siang dan malam, di tengah lingkaran ajal yang terbatas, di tengah amal perbuatan yang selalu terpantau, sementara kematian datang dengan tiba-tiba. Barangsiapa yang menanam kebajikan, niscaya ia akan menuai kebahagiaan, barangsiapa yang menanam kejahatan, niscaya ia akan menuai penyesalan. Setiap orang yang bercocok tanam, akan menuai yang setimpal dengan apa yang ditanamnya. Orang yang lambat, tidak akan mendahului orang lain mengambil bagiannya.

Demikian juga orang yang bernafsu, tidak akan memperoleh sesuatu yang tidak ditakdirkan baginya. Siapa saja yang mendapat kebaikan, Allah-lah yang memberikan kebaikan itu kepadanya. Siapa saja yang selamat dari bahaya, Allah-lah yang memelihara dirinya dari bahaya tersebut. Orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang terhormat dan ahli fiqih adalah para pembimbing umat. Duduk-duduk (belajar) bersama dengan mereka adalah keutamaan.” (Siyaru A’laamin Nubalaa’ I : 497)
Dari al-Fasawi diriwayatkan bahwa ia berkata (yang terjemahannya): “Abul Yaman telah menceritakan kepada kami, dari Jarir bin Utsman, dari Abul Hasan Imran bin Nimraan, bahwa Abu Ubaidah pernah berjalan di tengah laskar kaum muslimin, beliau berkata : “Berapa banyak orang yang menjaga kesucian pakaiannya, tapi justru mengotori agamanya ! Ingatlah, berapa banyak orang yang merasa memuliakan dirinya sendiri, tetapi justru menghinakannya ! Segeralah mengganti kejahatan-kejahatan lamamu dengan kebajikan-kebajikan yang baru.” (Siyaru A’laamin Nubalaa’ I : 18)

Dari Ibnu Syaudzab diriwayatkan bahwa ia berkata (yang terjemahannya) : “Tatkala Abu Hurairah berada di ambang kematian, tiba-tiba beliau menangis. Orang-orang bertanya : “Apa yang membuatmu menangis ?” Beliau menjawab : “Jauhnya perjalanan, sedikitnya perbekalan dan banyaknya aral rintangan. Sementara tempat kembali, bisa ke jannah (surga), bisa juga ke naar (neraka).” (Shifatush Shafwah I : 694)

Dari Ubaidillah bin As-Sirri diriwayatkan bahwa ia berkata (yang terjemahannya) : “Ibnu Sirin pernah berkata : “Aku sungguh mengetahui penyebab utang yang kini melilitku. Aku pernah mengejek seorang lelaki sekitar empat puluh tahun yang silam : “Wahai orang yang bangkrut (pailit).” Maka aku (Ubaidillah bin As-Sirri) menceritakan hal itu kepada Abu Sulaiman Ad-Darani. Maka beliau menanggapi : “Dosa-dosa mereka (para salaf) sedikit, karenanya mereka tahu dari mana datang kepada mereka dosa-dosa itu. Sementara dosa-dosa kita banyak, namun kita tidak tahu dari mana dosa-dosa itu mendatangi kita.” (Shifatush Shafwah III : 246)

Dari Abdullah bin Abdurrahman bin Yazid bin Jabir diriwayatkan bahwa ia berkata (yang terjemahannya) : “Pamanku Yazid bin Yazid bin Jabir telah menceritakan kepada kami, dari Atha’ Al-Kharasani, bahwa ia berkata : “Aku tidak mewasiatkan kepada kamu sekalian untuk urusan dunia. Untuk urusan itu, kamu sekalian telah banyak mendapatkan wejangan, dan kalian sendiri bernafsu mendapatkannya. Yang aku wasiatkan kepada kalian adalah urusan akhirat kalian. Ambillah bekal dari dunia yang fana ini untuk akhirat yang abadi. Jadikanlah dunia ini seperti sesuatu yang sudah kamu tinggalkan. Dan demi Allah, kamu memang pasti akan meninggalkannya. Dan jadikanlah kematian itu seperti sesuatu yang telah kamu rasakan. Dan demi Allah, kamu memang akan merasakannya. Jadikanlah akhirat itu seperti tempat yang telah kamu singgahi. Dan demi Allah, kamu memang akan singgah di sana. Ia (akhirat) adalah kampung halaman setiap manusia. Dan tak seorangpun yang keluar bepergian tanpa mempersiapkannya bekalnya. Orang yang mempersiapkan bekal yang berguna buat dirinya, ia akan bahagia. Sedangkan orang yang keluar bepergian tanpa mempersiapkan bekal, ia akan menyesal. Kalau ia kepanasan, ia tak akan mendapatkan tempat berteduh. Kalau ia kehausan, tak akan mendapatkan air pelepas dahaga. Sesungguhnya perjalanan dunia ini pasti berakhir. Orang yang paling pandai adalah yang selalu bersiap-siap untuk perjalanan yang tidak ada akhirnya.” (Shifatush Shafwah IV : 151)

Dari Qabishah bin Qais al-Anbari diriwayatkan bahwa ia berkata (yang terjemahannya) : “Adh-Dhahhak bin Muzahim apabila datang sore hari beliau menangis. Ada orang yang bertanya : “Apa gerangan yang membuatmu menangis ?” Beliau menjawab : “Aku tidak tahu, amalanku yang mana yang naik ke langit (diterima Allah) pada hari ini.” (Shifatush Shafwah IV : 150)

Dari Kinanah bin Jibillah As-Sullami diriwayatkan bahwa ia berkata (yang terjemahannya) : “Bakar bin Abdullah berkata : “Apabila engkau melihat orang yang lebih tua umurnya darimu, katakanlah : “Orang ini sudah mendahuluiku dalam beriman dan beramal shalih, ia tentu lebih baik dariku.” Apabila engkau melihat orang yang lebih muda umurnya darimu katakanlah : “Aku telah mendahuluinya berbuat dosa dan kemaksiatan, tentu ia lebih baik dariku.” Dan apabila engkau melihat sahabat-sahabatmu menghormati dan memuliakanmu, maka katakanlah : “Ini adalah keutamaan yang akan diperhitungkan nanti.” Kalau engkau melihat mereka kurang menghormatimu, maka katakanlah : “Ini adalah akibat dosa yang kuperbuat sendiri.” (Shifatush Shafwah III : 248)

Dari Qasim bin Muhammad diriwayatkan bahwa ia berkata (yang terjemahannya) : “Kami pernah bepergian bersama Ibnul Mubarak. Seringkali terlintas dalam benakku : “Mengapa gerangan lelaki ini diutamakan atas diri kami, sehingga ia demikian terkenal di khalayak ramai ? Kalau dia shalat, kami juga shalat, kalau dia bershiyam (berpuasa), kami juga shiyam, kalau dia berjihad, kami juga berjihad, kalau dia berhaji, kami juga berhaji ?” (Al-Qasim) melanjutkan : “ditengah perjalanan kami, yaitu ketika kami sampai di negeri Syam pada suatu malam, kami makan malam di sebuah rumah, tiba-tiba lampu padam. Maka salah seorang di antara kami segera mengambil lampu [atau diriwayatkan dia keluar mencari sesuatu untuk menyalakan lampu beberapa saat, kemudian datang dengan membawa lampu]. Tiba-tiba kulihat wajah dan jenggot Ibnul Mubarak sudah ditetesi air mata.” Aku berkata dalam diriku sendiri : “Karena rasa takut (ketakwaan) inilah lelaki ini diutamakan atas kami. Barangkali ketika lampu padam, keadaan menjadi gelap, ia teringat dengan Hari Kiamat.” (Shifatush Shafwah IV : 145)

Dari al-Marruzi diriwayatkan bahwa ia berkata (yang terjemahannya) : “Aku pernah bertanya kepada Imam Ahmad : “Bagaimana keadaan anda pagi hari ini ?” Beliau menjawab : “Bagaimana kira-kira keadaan seorang hamba di pagi hari, dimana Rabb-nya menuntut dirinya untuk melaksanakan berbagai kewajiban, nabinya menuntut dirinya untuk menjalankan As-Sunnah, sementara dua malaikat menuntut dirinya untuk beramal dengan benar. Di sisi lain, jiwanya menuntut dirinya untuk memperturutkan hawa nafsu, dan iblis menuntut untuk melakukan perbuatan keji, sedangkan malaikat maut terus memantau dirinya untuk mencabut ruhnya, sementara keluarganya menuntut darinya mencari nafkah ?” (Siyaru A’laamin Nubalaa’ XI : 227)

Dari Ibnu Khubaiq diriwayatkan bahwa ia berkata (yang terjemahannya) : “Hudzaifah Al-Mur’isyi pernah berkata kepadaku : “Cuma ada empat hal (yang paling vital) pada dirimu yaitu : dua matamu, lidahmu, hawa nafsumu dan hatimu. Perhatikan kedua matamu, jangan sampai ia melihat yang diharamkan Allah. Perhatikan lidahmu, jangan sampai ia mengucapkan sesuatu yang Allah tahu bahwa yang ada di dalam hatimu adalah kebalikannya. Perhatikan hatimu, jangan sampai ada rasa dengki dan kebencian terhadap sesama muslim. Perhatikan juga hawa nafsumu, jangan biarkan ia terumbar. Bila (terpeliharanya) empat perkara ini belum menjadi milikmu, maka kepalamu akan menjadi umpan abu.” (Shifatush Shafwah IV : 268)

Al Qadhi Husain meriwayatkan dari gurunya Al Qaffal, bahwa seringkali sang guru menangis ketika tengah mengajar, kemudian setelah itu beliau mengangkat kepalanya seraya berkata (yang terjemahannya) : “Alangkah lalainya kita terhadap apa yang diwajibkan atas diri kita.” (Siyaru A’laamin Nubalaa’ 17:407)

Dari Mukhawwal diriwayatkan bahwa ia berkata (yang terjemahannya) : “Bahim al Ajali pernah datang kepada saya suatu hari dan berkata : “Apakah engkau mengenal seseorang diantara tetanggamu atau saudaramu yang engkau sukai, yang berkeinginan melaksanakan haji untuk dapat menemaniku ?” Aku menjawab : “Ada” Aku segera menemui seorang lelaki yang shalih dan baik akhlaknya, lalu keduanya kupertemukan. Merekapun bersepakat untuk pergi haji bersama. Kemudian Bahim pulang menemui istrinya. Beberapa saat kemudian (sebelum pergi), si lelaki menemuiku dan berkata : “Wahai saudaraku ! Betapa senangnya aku jika kamu menjauhkan shahabatmu itu dariku ! Hendaknya ia mencari teman seperjalanan yang lain saja.” Aku bertanya : “Mengapa demikian ? Sungguh aku tidak melihat orang yang setara dengannya di kota Kufah ini dalam kebagusan akhlak dan perangainya. Aku pernah berlayar bersamanya, dan yang kulihat darinya hanyalah kebaikan.” Lelaki itu menjawab : “Celakalah kamu, setahuku, ia ini orang yang banyak menangis, hampir tak pernah berhenti tangisnya. Hal itu akan menyusahkan kami sepanjang perjalanan.” Aku menanggapi : “Engkaulah yang celaka, terkadang tangisan itu datang tidak lain hanyalah dari mengingat Allah. Yakni, hati seseorang itu melembut, sehingga ia menangis. Bukankah kadangkala engkau juga menangis ?” Lelaki itu menjawab : “Memang benar. Tetapi kudengar, terkadang ia menangis kelewatan sekali.” Aku berkata : “Temanilah dirinya. Semoga kamu bisa mengambil manfaat darinya.” Ia berkata : “Aku akan shalat istikharah terlebih dahulu !”

Tepat pada hari keberangkatan mereka berdua, onta telah didatangkan dan dipersiapkan. Tiba-tiba Bahim duduk di bawah pohon sambil meletakkan tangannya di bawah janggutnya dan air matapun menetes di kedua belah pipinya, lalu turun membasahi dadanya, sampai-sampai –demi Allah- kulihat air matanya membasahi bumi.”

Lelaki itu berkata : “Lihatlah, belum apa-apa shahabatmu itu sudah mulai menangis. Orang seperti itu tak pantas menjadi temanku.” “Temani saja dirinya.” Pintaku. “Barangkali dia teringat keluarganya dan kala ia berpisah dengan mereka, sehingga ia bersedih.” Namun ternyata Bahim mendengar pembicaraan kami dan menanggapi : “Bukan begitu persoalannya. Aku semata-mata hanya teringat dengan perjalanan ke akhirat.” Mukhawwal melanjutkan : “Maka suara beliaupun melengking karena tangisan.”

Ia melanjutkan : “Temanku berkomentar : “Demi Allah, janganlah ini menjadi awal permusuhan dan kebencian dirimu terhadapku. Tak ada hubungan antara aku dengan Bahim. Hanya saja, ada baiknya engkau mempertemukan antara Bahim dengan Dawud Ath-Tha-i dan Sallaam Abul Ahwash 1) agar mereka saling membuat yang lainnya menangis hingga mereka puas, atau meninggal dunia bersama-sama.”

Lelaki itu berkata : “Aku terus saja menemaninya dan berkata dalam hati : “Susah nian, mudah-mudahan ini menjadi perjalananku yang terbaik.” Perawi menyebutkan : “Lelaki itu orang yang menyukai perjalanan panjang untuk berhaji, lelaki yang shalih, namun di samping itu ia juga pedagang kaya raya yang rajin bekerja; bukan orang yang mudah bersedih dan menangis.” Perawi menyebutkan : “Lelaki itu berkata : “Sekali inilah hal itu terjadi pada diriku, dan mudah-mudahan bermanfaat.”

Mukhawwal menyebutkan : “Bahim tidak mengetahui sedikit pun tentang hal itu. Kalau ia mengetahui sedikit saja, niscaya ia tak pergi bersama lelaki itu.”

Mukhawwal melanjutkan : “Maka merekapun berangkat berdua hingga melaksanakan haji dan pulang kembali. Masing-masing dari keduanya begitu akrab sampai-sampai tidak menyadari bahwa mereka memiliki saudara lain selain shahabat yang menemaninya. Setelah tiba, aku mengucapkan salam kepada lelaki tetanggaku itu. Iapun berkata : “Semoga Allah memberimu pahala kebajikan atas saranmu kepadaku. Tak kusangka, bahwa di antara manusia sekarang ini ada juga yang seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq. Demi Allah, ia membiayai kebutuhanku, sementara ia orang miskin, aku justru orang kaya. Beliau sudi melayani diriku, padahal beliau sudah tua dan lemah sedangkan aku masih muda dan kuat. Beliau juga memasak untukku, padahal beliau bershaum sementara aku tidak.” Mukhawwal bertanya : “Bagaimana soal tangisan panjangnya yang tidak engkau sukai ?” Lelaki itu menjawab : “Akhirnya aku terbiasa dengan tangisan itu. Demi Allah, hatiku merasa senang, sampai-sampai aku pun turut menangis bersamanya, sehingga orang-orang yang bersama kami merasa terganggu. Namun demikian –demi Allah-, mereka pun akhirnya terbiasa. Mereka juga turut menangis, bila kami berdua menangis. Sebagian mereka bertanya kepada sebagian yang lain : “Kenapa mereka lebih mudah menangis dari pada kita, padahal jalan hidup kita dan mereka sama ?” Mereka pun akhirnya menangis, sebagaimana kami juga menangis.”

Mukhawwal melanjutkan : “Kemudian aku keluar dari rumah lelaki itu untuk menemui Bahim. Aku bertanya kepadanya setelah terlebih dahulu memberi salam. “Bagaimana tentang teman perjalananmu ?” Beliau menjawab : “Sungguh, ia teman yang terbaik. Ia banyak berdzikir, banyak membaca dan mempelajari Al Qur’an , mudah menangis dan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Semoga Allah memberimu pahala kebajikan atas saranmu"

Sabtu, 15 Juni 2013

Habib Muhdor dan SubRakit

Assalamualaikum Mas brow,,,,ni ane punya kenang2an foto ama orang yang ane idolakan yaitu Habib Muhdor Tanggul Jember.
Kebetulan pas ane ikut Haul Habib Soleh Tanggul taon 2012 kemaren,ane dapat kesempatan foto bareng ama yang punya Hajat yaitu Habib Muhdor.
Ane seneng Banget bisa foto ama beliau sampai2 foto ini ane cetak ukuran besar terus ane pajang dikamar kamar tidur,dengan berharap ane selalu dapat berkah dari beliau.
Aaamiiiiiiiiiin,,,,,,,,,,

Salam ASWAJA BANGIL ......
Hancurkan Aliran Sesat diBumi Indonesia
Allahumma Solli Ala Muhammad ........

Minggu, 21 April 2013

NASI GORENG ENAK

Bagi orang yang suka kuliner indonesia ini adalah salah satu resep kuliner yang patut anda coba,yaitu NASI GORENG ENAK


Nasi Goreng Spesial



Bahan-Bahan Nasi Goreng 
 
1. Nasi
2. Udang
3. Minyak Goreng 2 sdk makan
4. Daging sapi rebus dipotong tipis panjang

Bumbu Yang Dihaluskan

a. 4 cabe merah yang dibuang bijinya
b. 1 sendok teh Terasi
c. 1 sendok teh garam
d. 6 bawang merah
e. 3 bawang putih
f. 1 sendok teh ketumbar
g. 1/2 sendok makan gula pasir

Cara Membuatnya

1. Tumis bumbu yang dihaluskan,tambahkan 3 sendok makan air dan kecap lalu aduk dengan rata.
2. Masukan daging dan udang aduk hingga rata lalu masukan nasi,aduk lagi hingga bumbu marata diatas api yang kecil,lalu diangkat.
3. Sajikan dengan pelengkap spt mentimun,telor ceplok atau kerupuk udang.




Demikian resep yang ane bagi dan selamat mencoba !!!!!!!!

Sabtu, 20 April 2013

ISTILAH DALAM TWEETER

                Assalamualaikum sobat gimana nih kabarnya??? mudah2an sobat baek2 aja,
Oh ya sobat kalian semua pasti denger and tau TWITER kan?bener sobat itu adalah nama jejaring sosial yang lagi trend saat ini setelah FACEBOOK,di dalam twiter itu ada banyak istilah2 yang sulit dimengerti bagi penggunanya termasuk saya,,hehehe.tapi itu dulu.Nah pada kesempatan ini saya akan membagikan istilah2 dalam twiter bagi yang belom mengerti dengan istilah dalam twiter :
1.Follower, artinya Orang yang mengikuti kita.
2.Following, artinya Orang yang kita ikuti.
3.Trending topic, artinya sebuah topik yang banyak dibicarakan orang dalam twiter.
4.Hastag (#), Digunakan untuk menandai kata kunci atau sebuah topic.
5.Tweet, Sebutan untuk update status dalam tweeter.
6.Retweet (RT), Meneruskan Tweet kepada follower.
7.Unfollow, berhenti mengikuti.
8.Replay (@),Balasan yang ditujukan kepada seseorang secara spesifik.

Itulah sobat istilah2 dasar dalam twiter ,sebenarnya masih banyak istilah dalam twiter tapi yang 8 itu adalah yang wajib diketaui bagi pengguna twiter yang pemula.

Minggu, 17 Februari 2013

MAULID SIMTUD DURAR (Maulid AL Habsyi)



Tentang Kitab Maulid Maulid Al Habsyi (Simthud Durar)

Jika belasan tahun yang lalu hanya kalangan tertentu yang
mengenal dan membaca kitab Maulid Simthud Durar di
Indonesia, kini keadaannya telah berubah. Kitab ini dalam
tahun-tahun belakangan semakin populer mendampingi
kitab-kitab Maulid lain yang telah lebih dahulu ada. Sebelum
tersebar luas di Indonesia, kitab ini telah menyebar di Jazirah
Arab, Afrika, dan beberapa negeri lain di Asia, dan kini telah
mencapai benua Eropa, Amerika, dan belahan dunia lainnya.
Simthud Durar ditulis oleh Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi
ketika ia berusia 68 tahun. Pada hari Kamis tanggal 26 Shafar
1327 H/18 Maret 1909, Habib Ali mendiktekan paragraf awal
Maulid Simthud Durar setelah memulainya dengan basmalah,
yakni mulai dari al-hamdu lillahil qawiyyi sulthanuh dan seterusnya
hingga wa huwa min fawqi ilmi ma qad ra-athu rif‘atan fi syu-unihi
wa kamala. Ia kemudian
memerintahkan agar tulisan itu
dibacakan kepadanya.
Setelah pendahuluan itu dibacakan, ia berkata, “Insya Allah
aku akan menyempurnakannya. Sudah sejak lama aku
berkeinginan untuk menyusun kisah Maulid.”
Pada hari Selasa awal Rabi’ul Awwal 1327 H/23 Maret 1909
M, ia memenrintahkan agar Maulid yang telah ia tulis dibaca.
Kemudian pada malam Rabu 9 Rabi’ul Awwal 1327 H/31 Maret
1909 M, ia mulai membaca Maulidnya di rumahnya setelah Maulid
itu disempurnakan. Dalam kesempatan itu ia mengatakan, “Maulid
ini sangat menyentuh hati, dan ia baru selesai disusun.”
Pada hari Kamis 10 Rabi’ul Awwal 1327 H/1 April 1909 M, ia
menyempurnakannya lagi. Dua hari kemudian, Sabtu 12 Rabi’ul
Awwal, ia membaca Maulid tersebut di rumah muridnya, Sayyid
Umar bin Hamid Assegaf. Sejak saat itu, ia membaca Maulidnya
sendiri, Simthud Durar. Sebelumnya ia membaca Maulid Ad-
Diba‘iy.
Disebutkan pula, Maulid Simthud Durar pertama kali dibaca
di rumah Habib Ali, kemudian di rumah muridnya, Habib Umar
bin Hamid. Para sahabatnya kemudian meminta agar Habib Ali
membaca Maulid itu di rumah-rumah mereka. Memenuhi per-
mintaan mereka, ia pun mengatakan, “Selama bulan ini, setiap
hari aku akan membaca Maulid Simthud Durar di rumah kalian
secara bergantian.”
Habib Ali juga mengatakan, “Dakwahku akan tersebar ke
seluruh penjuru. Maulidku ini akan tersebar ke tengah-tengah
masyarakat, akan mengumpulkan mereka kepada Allah dan akan
membuat mereka dicintai Nabi SAW.”
Ia juga mengatakan, “Jika seseorang menjadikan kitab Maulidku
ini sebagai wiridnya atau menghafalnya, sir (rahasia) Al-Habib
Shallallahu `Alaihi wa Sallam akan tampak pada dirinya. Aku yang
mengarangnya dan mendiktekannya. Namun, setiap kali kitab itu
dibacakan kepadaku, dibukakan bagiku pintu untuk berhubungan
dengan Nabi SAW. Pujianku kepada Nabi SAW dapat diterima
oleh masyarakat. Ini karena besarnya cintaku kepada Nabi SAW.”
Ketermasyhuran kitab Maulid Simthud Durar juga membuat
penyusunnya semakin terkenal. Orang semakin tahu dan semakin
ingin tahu lagi ihwal kehidupan dan kelebihannya sebagai salah
seorang tokoh ulama Alawiyyin terkemuka abad ke-19 Masehi
(abad ke-13 Hijriyyah) di Hadhramaut.
Tersebar ke Beberapa Negeri
Al-Habib Al-Imam Al-Allamah Ali bin Muhammad bin Husain Al-
Habsyi lahir pada hari Jum’at 24 Syawwal 1259 H/18 November
1843 M di Qasam, sebuah kota di negeri Hadhramaut. Ia anak satu-
satunya pasangan Al-Imam Al-Arif billah Muhammad bin Husain bin
Abdullah Al-Habsyi, seorang ulama terkemuka yang banyak
berdakwah di berbagai tempat, dan Asy-Syarifah Alawiyyah binti
Husain bin Ahmad Al-Jufri, wanita shalihah yang amat bijaksana.
Yang menamainya adalah Habib Abdullah bin Husain Bin Thahir,
guru ayahnya.
Dari istri yang lain, ayahnya mempunyai empat putra dan
seorang putri, yakni Abdullah, Ahmad, Husain, Syaikh, dan
Aminah.
Guru Habib Ali sangat banyak. Sejak kecil ia dididik oleh ayah
dan ibunya. Guru-gurunya dari angkatan tua di antaranya Habib
Hasan bin Shalih Al-Bahar dan Habib Abdullah bin Husain Bin
Thahir. Adapun syaikh fath (guru pembuka tabir pengetahuan)-
nya adalah Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Attas. Ia pun
menimba ilmu kepada para ulama besar lainnya, seperti Habib
Muhsin bin Alwi Assegaf, Habib Abdurrahman bin Ali bin Umar
Assegaf, Habib Ahmad bin Muhammad Al-Muhdhar. Gurunya
yang terakhir sekaligus sahabat karibnya adalah Habib Idrus bin
Umar Al-Habsyi.
Habib Ali juga pernah menimba ilmu di Makkah ketika ayahnya
pindah dan tinggal di sana. Atas permintaan sang ayah, pada
usia 17 tahun ia berangkat ke sana bersama rombongan haji
dan belajar selama dua tahun. Setelah itu ia kembali ke Seiwun
dan mengambil ilmu dari tokoh-tokoh ulama di sana.
Pada usia yang amat muda, Habib Ali Al-Habsyi telah mempelajari
dan mengkhatamkan Al-Quran dan berhasil menguasai ilmu-ilmu
zhahir dan bathin sebelum mencapai usia yang biasanya diperlukan
untuk itu. Oleh karenanya, sejak itu, ia diizinkan oleh para guru dan
pendidiknya untuk memberikan ceramah-ceramah dan pengajian-
pengajian di hadapan khalayak ramai. Sehingga, dengan cepat sekali
ia menjadi pusat perhatian dan kekaguman serta memperoleh tempat
terhormat di hati setiap orang. Kepadanya diserahkan tampuk ke-
pemimpinan tiap majelis ilmu, lembaga pendidikan, serta pertemuan-
pertemuan besar yang diadakan pada masa itu.
Selanjutnya, ia melaksanakan tugas-tugas suci yang di-
percayakan kepadanya dengan sebaik-baiknya. Ia menghidupkan
ilmu pengetahuan agama yang sebelumnya banyak dilupakan.
Mengumpulkan, mengarahkan, dan mendidik para siswa agar
menuntut ilmu, di samping membangkitkan semangat mereka
dalam mengejar cita-cita yang tinggi dan mulia.
Untuk menampung mereka, dibangunnya Masjid Riyadh di
kota Seiwun (Hadhramaut), pondok-pondok dan asrama-asrama
yang diperlengkapi dengan berbagai sarana untuk memenuhi
keperluan mereka, termasuk soal makan-minum. Sehingga
mereka dapat belajar dengan tenang dan tenteram, bebas dari
segala pikiran yang mengganggu, khususnya yang bersangkutan
dengan keperluan hidup sehari-hari.
Bimbingan dan asuhan darinya yang seperti itu telah mem-
berikan kepuasan yang tak terhingga baginya, hingga ia me-
nyaksikan banyak sekali di antara murid-muridnya yang berhasil
mencapai apa yang dicita-citakannya, kemudian meneruskan
serta mensyiarkan ilmu yang telah mereka peroleh. Bukan saja
di daerah Hadhramaut, tetapi juga tersebar luas ke beberapa
negeri lainnya, di Afrika dan Asia, termasuk di Indonesia.
Di tempat-tempat itu, mereka mendirikan pusat-pusat dakwah
dan syiar agama. Mereka sendiri menjadi perintis dan pejuang
yang gigih, sehingga mendapat tempat terhormat dan disegani
di kalangan masyarakat setempat. Pertemuan-pertemuan ke-
agamaan diadakan pada berbagai kesempatan. Lembaga-lem-
baga pendidikan dan majelis-majelis ilmu didirikan di banyak tem-
pat, sehingga manfaatnya benar-benar dapat dirasakan dalam
ruang lingkup yang luas sekali.
Murid-murid Habib Ali antara lain adalah anak-anaknya sendiri,
Abdullah, Muhammad, Ahmad, dan Alwi. Juga saudaranya, Habib
Syaikh bin Muhammad, dan kemenakannya, Habib Ahmad bin
Syaikh. Kemudian Habib Ja‘far bin Abdul Qadir bin Abdurrahman
bin Ali bin Umar bin Segaf Assegaf, Habib Muhammad bin Hadi
bin Hasan Assegaf, Habib Muhsin bin Abdullah bin Muhsin
Assegaf, Habib Salim bin Shafi bin Syekh Assegaf, Habib Ali bin
Abdul Qadir bin Salim bin Alwi Al-Aydrus, Habib Abdullah bin
Alwi bin Zain Al-Habsyi, dan banyak lagi yang lainnya.
Murid-muridnya yang mencapai derajat alim dalam ilmu fiqih
dan lainnya, selain yang menetap di ribath, antara lain Habib
Thaha bin Abdul Qadir bin Umar Assegaf, Habib Umar bin Abdul
Qadir bin Ahmad Assegaf, Habib Alwi bin Segaf bin Ahmad
Assegaf, Syaikh Hasan, Syaikh Ahmad, dan Syaikh Muhammad
bin Muhammad Baraja.
Selain murid-murid yang benar-benar belajar kepadanya, ada
pula orang-orang yang selalu bersamanya dan seperti muridnya
sendiri, yakni Habib Abdullah bin Ahmad bin Thaha bin Alwi
Assegaf, Habib Alwi bin Ahmad bin Alwi bin Segaf Assegaf, Syaikh
Ahmad bin Ali Makarim, Syaikh Ahmad bin Umar Hassan, Syaikh
Muhammad bin Abdullah bin Zain bin Hadi bin Ahmad Basalamah,
dan Syaikh ‘Ubaid bin Awudh Ba Fali.
Syiar Islam lewat Pena
Selain aktif berkegiatan dakwah dan penyebaran ilmu secara
langsung, ia juga menggemakan syiar Islam lewat pena. Di
samping kitab Maulid Simthud Durar, banyak juga karya lainnya,
baik yang disusun langsung olehnya maupun oleh murid-murid,
para pengikut, dan keturunannya. Di antaranya adalah kitab-kitab
kumpulan amalannya yang berisi wirid, hizib, ratib, dan lain-lain,
yang sebagian besar berasal dari Al-Quran, hadits, dan amalan
para ulama terkemuka.
Di tahun-tahun terakhir kehidupannya, penglihatan Habib Ali
semakin kabur. Dan dua tahun sebelum wafatnya, ia kehilangan
penglihatannya. Akhirnya pada waktu zhuhur hari Ahad 20 Rabi’ul
Akhir 1333 H/7 Februari 1915 M, di kota Seiwun, Hadhramaut, ia
kembali ke rahmatullah.
Keesokan harinya jenazahnya diantarkan ke kubur dalam iring-
iringan yang sangat panjang. Setelah shalat Jenazah di halaman
Masjid Riyadh yang diimami oleh anak dan khalifah (pengganti)-
nya, Habib Muhammad, jenazahnya dikebumikan di sebelah barat
Masjid Riyadh.
Dalam wasiatnya, Habib Ali menunjuk putranya, Habib
Muhammad, sebagai khalifahnya. Mengenai Habib Muhammad
ini, Habib Ali pernah mengatakan, “Kalian jangan meng-
khawatirkan anakku, Muhammad. Pada dirinya terletak khilafah
zhahir dan bathin. Semoga Allah menjadikan dia dan saudara-
saudaranya penyejuk hati. Semoga mereka dapat memakmurkan
ribath dan Masjid Riyadh dengan ilmu dan amal. Semoga Allah
menjadikan mereka sebagai teladan dalam setiap kebajikan, dan
semoga Allah memberikan mereka keturunan yang shalih serta
menjaga mereka dari berbagai fitnah zaman dan teman-teman
yang buruk.”
Dari perkawinannya dengan seorang wanita Qasam, Habib
Ali dianugerahi Allah SWT seorang anak yang dinamainya
Abdullah. Dan dari perkawinannya dengan Hababah Fathimah
binti Muhammad bin Segaf Mulachela, ia mendapatkan empat
anak: Muhammad, Ahmad, Alwi, dan Khadijah.
Di antara putra-putranya yang paling dikenal di Indonesia ialah
putranya yang bungsu, Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi, pendiri Masjid
Riyadh di Gurawan, Solo (Surakarta). Ia dikenal sebagai peribadi
yang amat luhur budi pekertinya, lemah lembut, sopan dan santun,
serta ramah tamah terhadap siapa pun, terutama kaum yang
lemah, fakir miskin, yatim piatu. Rumah kediamannya selalu ter-
buka bagi para tamu dari berbagai golongan dan tidak pernah
sepi dari pengajian dan pertemuan-pertemuan keagamaan. Habib
Alwi wafat di kota Palembang pada tanggal 20 Rabi’ul Awal 1333
H/7 Februari 1915 M, dan dimakamkan di kota Solo.
Banyak sekali ucapan Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi
yang telah dicatat dan dibukukan, di samping tulisan-tulisannya
yang berupa pesan-pesan ataupun surat-menyurat dengan para
ulama di masa hidupnya, juga dengan keluarga dan sanak
kerabat, kawan-kawan serta murid-muridnya, yang semuanya itu
 merupakan perbendaharaan ilmu dan hikmah.  

Jumat, 08 Februari 2013

Salah Satu Khasiat Ayat Kursi

          Imam Ghozali menerangkan dalam kitabnya yang berjudul Khowasul Qur'an: Bahwa Ibnu Kutaibah meriwatkan dalam suatu preistiwa yang terjadi di negeri Basrah,yaitu seorang pedagang kurma yang bernama Ka'ab telah pergi ke negeri Basrah dengan membawa barang daganganya untuk dijual disana.Setelah Ka'ab sampai di negeri Basrah,ia lalu mencari tempat penginapan ,tetapi smuanya telah penuh disewa oleh pedagang yang datang terlebih dahulu.Kemudian Ka'ab melihat rumah kosong,dindingnya dipenuhi dengan sarang laba2 seperti rumah yang sudah lama tidak dihuni orang.Ka'ab lalu mendatangi yang punya rumah untuk bermaksud menyewa rumah tersebut kurang lebih selama satu minggu.Yang punya rumah menceritakan rumah tersebut bahwa rumah itu aneh sekali,kata orang-orang disekitarnya rumah itu ditempati jin ifrit.Banyak orang tinggal dirumah tsb meninggal menjadi korban."Meskipun demikian saya akan tetap menyewanya pak asalkan bapak mengijinkan saya tinggal drumah tsb karena disini sudah tidak ada lagi tempat lagi untuk menginap" kata Ka'ab kepada yg punya rumah."Baiklah saya ijinkan anda untuk tinggal drumah tsb dan anda tidak saya pungut biaya" kata pemilik rumah.
         Akhirnya Ka'ab tinggal dirumah tsb,hari mulai sore dan malampun tiba,setelah tengah malam Ka'ab melihat bayangan hitam dengan dua bola mata merah seperti api yang menyala mendekatinya,dengan segera Ka'ab bangun dan membaca "Allaahulaa ilaaha illaa huwal hayyul Qoyyum" tetapi bayangan tsb malah ikut membaca apa yang dibaca Ka'ab hinggah hampir selesai ayat.Tetapi setelah ka'ab membaca akhir ayat yg berbunyi "walaa ya'udzuhuu khifduhuma wa huwal 'aliyul 'adziim" tidak terdengar suara lagi yang mengikutinya.
          Ka'ab heran dan diulangi lagi ahir ayat tersebut berulang-ulang dan bayangan hitam tsb lenyap dan tercium bau sesuatu yang terbakar.Kemudian Ka'ab kembali tidur dengan tidak mendapatkan gangguan apa-apa/Dipagi harinya Ka'ab melihat disalah satu sudut rumah itu bekas-bekas sesuatu yang terbakar.Disaat itu Ka'ab mendengar suara "Hai Ka'ab kamu telah membakar jin ifreit yang ganas".Ka'ab heran dan berkata "dengan apa aku membakarnya?" suara itu menjawab "dengan bacaan Walaa yaudzuhuu khifduhumaa wa huwal 'aliyil 'dziim".

   Demikian salah satu khasiat ayatul kursi,semoga kita istiqomah membacanya setiap habis solat fardu,,,Amiiiin. dan inilah ayatul kursi tsb :

اللهُ لاَ اِلهَ اِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ لاَتَأْحُذُهُ سِنَةُ وَلاَ نَوْمٌ,لَهُ مَا فِى السَّموَاتِ وَالْأَرْضِ,مَنْ ذَاالَذِى يَشْفَعُ عُنْدَهُ اِلاَّ بِاِذْنِهِ,يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ,وَلاَيُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ اِلاَّ بِمَاشَاءَ,وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّموَاتِ وَالْاَرْضَ,وَلاَيَؤُدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَالْعَلِىُّ الْعَظِيْـــمِ

Sedikit Cerita Tentangku


                Oh ya sebelumya perkenalkan namaku GANEZA REZA MAEZA,aku anak ke-2 dari 3 bersaudara,kakaku namanya Abdul Reza Maeza dan adeku namanya Anisah Nur Maeza.jadi aku ini anak tengah-tengah.Kata orang jawa klo anak lahir ditengah-tengah itu pasti anaknya tampan dan pinter,Terbukti klo aku tampan waktu  sekolah dulu banyak cewek yang suka sama aku hehehe,dan setiap tiga bulan sekali aku ganti pacar seperti ganti oli mesin motor,aku bukannya kejam sama cewek tapi aku kasihan sama cewek-cewek yang pada antri ingin jadian sama aku,bayangkan saja  sampai ada yang antri sejak Play Group loh bahkan ada yang antri semenjak dalam kandungan.jadi pas bayi itu lahir bayi itu menangis  karena sangking senengnya bentar lagi akan ketemu dengan pujaan hatinya.Dan terbukti klo aku pinter waktu sekolah dulu dari kelas satu SD sampai kelas 3 SMP aku gak pernah yang namanya bayar SPP karena ranking satu terus coalnya kepala skolahnya adalah bokapku sendiri hehehe,,,bahkan ada seorang guru yang nantangin aku klo nilai ujian mata pelajaran matematikaku yang tertinggi aku dikasih uang,maklumlah coalnya aku paling jago matimatika dan bahasa Inggris.Alhamdulillah akhirnya nilai matematikaku yang paling tinnggi dan uang 100 ribupun masuk kantong.